Foto Komisioner KPPAD
Kepri bersama Kepala Penjara/Sekolah Henry Gurney Puan Lim dan dua pejabat
Penjara Malaysia. Sekolah Henry Gurney dioperasikan untuk membina ABH di Malaysia.
|
‘’Banyak yang sudah sukses. Ada yang menjadi jenderal angatan
bersenjata. Kebanyakan setelah sukses mereka datang lagi ke sini untuk
memberikan ban- tuan dan mengucapkan terima kasih atas pembinaan yang dilakukan
selama ini yang membuat mereka berhasil,’’
ujar Puan Lim, kepala pejara/sekolah Hendri Gurney.
Perempuan yang dikenal
tegas di lingkungan kerjanya ini mengatakan bahwa kunci keberhasilan mengemleng ABH
tersebut ada dua. Pertama, pemerin- tah berusaha menghilangkan stigma terhadap
lulusan setelah keluar dari penjara agar bisa berkiprah dimana saja. Caranya, masyarakat dan dunia tenaga kerja
diu- payakan tidak tahu latar belakang anak baik masa lalu kejahatannya
termasuk asal sekolahnya Henri Gurney. Kedua, pemerintah sungguh-sungguh menyiapkan pola pendidikan dan
pembinaan yang tepat untuk mengubah perilaku kriminal anak.
Sekolah Henri Gurney menunjukkan bahwa anak yang melakukan
kriminalitas dan masuk penjara bukanlah akhir dari segalanya. Masih ada peluang masa depan yang
baik dan cerah sepanjang napi anak sepanang mau mengubah diri selama menjalani
proses hukuman. Tentunya mau melewati lewat proses belajar mengajar dan
pembinaan yang sudah diprogramkan. Program ini berhasil dengan menjadikan ABH
lebih baik dan berguna bagi banyak orang, mulai dari keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara. Jarang yang kembali melakukan kriminal dan masuk penjara
lagi. Sekolah Henri Gurney sangat berbeda dengan sekolah umumnya di Malaysia.
Semua areal lokasi sekolah ditutupi oleh pagar besi dan kawat berduri yang
tinggi dan kokoh. Di dalam lingkungan sekolah juga dipenuhi jeruji besi dan
terdapat blok-blok penjara. Ini sebenarnya penjara untuk anak yang men-
jalani proses hukuman. Namun petugas penjara dan masyarakat Melaka tidak mau
menyebut ini sebagai penjara, meskipun unit kerja atau kelembagaan berada di
bawah Departemen Penjara Malaysia.
Hendri Gurney tetap
disebut sebagai sekolah Hendri Gurney karena anak-anak remaja yang ada di dalam
komplek ini mengikuti proses belajar mengajar yang sama dengan remaja lainnya di
Malaysia. Paka- ian sama dengan pelajar yang ada di sekolah umum yaitu serba
putih. Kurikulumnya juga sama. Guru-guru yang mengajar juga guru yang sama
dengan yang di luar. Bedanya, mereka
ditempatkan di lokasi yang dikelilingi pagar dan dijaga ketat. Agar dapat
melihat pemandangan lingkungan sekitar seperti laut dan pe- mukiman penduduk,
pagar terbuat dari besi, tidak ada tembok beton
yang bisa menghalangi pemandangan siswanya.
Supaya aman,
barang-barang yang dipakai ABH bersifat transparan seperti sepatu, sandal dan
lainnya sehingga terlihat bila ada barang-barang yang diselipkan. Barang yang
dipakai adalah produk penjara yang dijamin aman dan tidak bisa disalahgunakan.
Sementara untuk mencegah terjadinya perkelahian, setiap pagi anak dikumpulkan
di lapangan dengan membuka baju untuk mengecek ada tidaknya bekas- bekas
kekerasan.
Semua fasilitas yang
dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak dan remaja tersedia di sekolah ini, mulai
dari olahraga, musik dan kesenian, bela diri, hiburan seperti nonton tv pada
waktu tertentu dan lainnya. Saat KPPAD berkunjung ke sana, semua pelajar, guru,
dan sipir penjara berkumpul di gedung pertunjukan menyaksikan bakat seni
pelajar seperti menyanyi, drama dan lainnya
dalam rangka HUT Kemerdekaan Malaysia dan Hari Raya Aidil Fitri.
Pelatihan keterampilan
juga diberikan oleh guru- guru di sekolah ini. Semuanya disesuaikan dengan
potensi, bakat dan minat siswa yang
bersangkutan. Bahkan siswa yang belum mahir 3M yaitu membaca, menulis dan mengira
(berhitung) juga diberikan oleh guru-guru.
Sekolah ini terbagi dalam
dua yaitu blok khususlaki-laki dan blok khusus wanita. Total siswa yang ada di
sekolah Henri Gurney saat ini mencapai 700 pelajar yang berasal dari berbagai
daerah di Malaysia, suku dan kalangan. Mayoritas adalah suku Melayu, namun ada
juga keturunan India dan China . Jumlah pelajar lelaki sangat banyak
dibandingkan pelajar perempuan mengingat jumlah kenakalan remaja laki-laki
dominan dibandingkan remaja perempuan.
Melihat potensi, bakat
dan minat siswanya, ada dua jalur pembinaan yang dilakukan Sekolah Henri
Gurney. Pertama, jalur pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi ABH yang
memiliki potensi akade- mik sehingga diberikan pendidikan yang persis sama
dengan yang di luar. Lulusannya sama dengan lulusan sekolah umum lainnya,
dpersiapkan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi.
Kedua, pendidikan keterampilan, ditujukan kepada pelajar yang kurang secara
akademik namun mempunyai bakat dan minat dalam keterampilan tertentu. Kepada
kelompok ini diberikan berbagai macam keterampilan dan vokasional yang
dibutuhkan seperti mengelas, menjahit, memasak (kulier), me- kanik, dan lain-lain. Dari ABH ini
diharapkan, ketika lulus dari sekolah Henri Gurney mereka bisa bekerja sesuai
dengan keterampilan yang dimiliki tersebut seperti di perhotelan, restoran,
bengkel, perusahaan dan lainnya.
Selama dalam penjara, ABH
yang diberikan pendidikan keterampilan terus bisa produktif meng- hasilkan
produk-produk yang laku di pasaran seperti kerajinan tangan, produk besi tempa,
perabot rumah tangga yang terbuat dari kayu dan kursi. Produk tersebut dipajang
dan dijual di galeri produk penjara. Produk tersebut juga dipasarkan oleh
manajemen penjara yang sudah terkoneksi dari satu negeri dengan negeri lain.
Keuntungan penjualan kembali kepada masing-masing ABH yang membuat produk
tersebut. Dan sekitar 60 persen kembali kepada pemerintah yang memberian modal.
Bahkan di dalam penjara,
ABH yang mengeluti bidang kuliner dan restoran bisa langsung praktek memasak
dan menghidangkannya kepada pengawai penjagara dan tamu yang datang berkunjung.
‘’Ketika sudah keluar dari penjara, mereka sudah bisa langsung kerja di
restoran dan hotel mana saja,’’ ujar Mhd Senin mempersilahkan tamu menikmati
makanan yang dibuat ABH.
No comments:
Post a Comment