Wednesday, 1 July 2015

Sekolah ABH Hasilkan Banyak Pejabat dan Pengusaha Sukses



Foto Komisioner KPPAD Kepri bersama Kepala Penjara/Sekolah Henry Gurney Puan Lim dan dua pejabat Penjara Malaysia. Sekolah Henry Gurney dioperasikan untuk membina ABH di Malaysia.

   Salah satu penjara di Malaysia yang
kunjungi Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kepri adalah Henri Gurney Melaka. Sebenarnya Henri Gurney adalah sekolah khusus untuk anak nakal dan anak yang berhadapan hukum (ABH) yang sudah ada sejak penjajahan Inggris.  Sekolah ini sudah berhasil membina rubuan anak nakal menjadi orang yang sukses. Diantaranya ada yang menjadi jenderal, pejabat pemerintahan dan pengusaha. 
‘’Banyak yang sudah sukses. Ada yang menjadi jenderal angatan bersenjata. Kebanyakan setelah sukses mereka datang lagi ke sini untuk memberikan ban- tuan dan mengucapkan terima kasih atas pembinaan yang dilakukan selama ini yang membuat mereka berhasil,’’ ujar Puan Lim, kepala pejara/sekolah Hendri Gurney.


 
   Perempuan yang dikenal tegas di lingkungan kerjanya ini mengatakan bahwa kunci keberhasilan mengemleng ABH tersebut ada dua. Pertama, pemerin- tah berusaha menghilangkan stigma terhadap lulusan setelah keluar dari penjara agar bisa berkiprah dimana saja.  Caranya, masyarakat dan dunia tenaga kerja diu- payakan tidak tahu latar belakang anak baik masa lalu kejahatannya termasuk asal sekolahnya Henri Gurney. Kedua, pemerintah sungguh-sungguh menyiapkan pola pendidikan dan pembinaan yang tepat untuk mengubah perilaku kriminal anak.




   Sekolah Henri Gurney menunjukkan bahwa anak yang melakukan kriminalitas dan masuk penjara bukanlah akhir dari segalanya. Masih ada peluang masa depan yang baik dan cerah sepanjang napi anak sepanang mau mengubah diri selama menjalani proses hukuman. Tentunya mau melewati lewat proses belajar mengajar dan pembinaan yang sudah diprogramkan. Program ini berhasil dengan menjadikan ABH lebih baik dan berguna bagi banyak orang, mulai dari keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Jarang yang kembali melakukan kriminal dan masuk penjara lagi. Sekolah Henri Gurney sangat berbeda dengan sekolah umumnya di Malaysia. Semua areal lokasi sekolah ditutupi oleh pagar besi dan kawat berduri yang tinggi dan kokoh. Di dalam lingkungan sekolah juga dipenuhi jeruji besi dan terdapat blok-blok penjara. Ini sebenarnya penjara untuk anak yang men- jalani proses hukuman. Namun petugas penjara dan masyarakat Melaka tidak mau menyebut ini sebagai penjara, meskipun unit kerja atau kelembagaan berada di bawah Departemen Penjara Malaysia.



   Hendri Gurney tetap disebut sebagai sekolah Hendri Gurney karena anak-anak remaja yang ada di dalam komplek ini mengikuti proses belajar mengajar yang sama dengan remaja lainnya di Malaysia. Paka- ian sama dengan pelajar yang ada di sekolah umum yaitu serba putih. Kurikulumnya juga sama. Guru-guru yang mengajar juga guru yang sama dengan yang di luar.  Bedanya, mereka ditempatkan di lokasi yang dikelilingi pagar dan dijaga ketat. Agar dapat melihat pemandangan lingkungan sekitar seperti laut dan pe- mukiman penduduk, pagar terbuat dari besi, tidak ada tembok beton  yang bisa menghalangi pemandangan siswanya. 


   Supaya aman, barang-barang yang dipakai ABH bersifat transparan seperti sepatu, sandal dan lainnya sehingga terlihat bila ada barang-barang yang diselipkan. Barang yang dipakai adalah produk penjara yang dijamin aman dan tidak bisa disalahgunakan.

   Sementara untuk mencegah terjadinya perkelahian, setiap pagi anak dikumpulkan di lapangan dengan membuka baju untuk mengecek ada tidaknya bekas- bekas kekerasan.

Semua fasilitas yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak dan remaja tersedia di sekolah ini, mulai dari olahraga, musik dan kesenian, bela diri, hiburan seperti nonton tv pada waktu tertentu dan lainnya. Saat KPPAD berkunjung ke sana, semua pelajar, guru, dan sipir penjara berkumpul di gedung pertunjukan menyaksikan bakat seni pelajar seperti menyanyi, drama dan lainnya  dalam rangka HUT Kemerdekaan Malaysia dan Hari Raya Aidil Fitri. 


   Pelatihan keterampilan juga diberikan oleh guru- guru di sekolah ini. Semuanya disesuaikan dengan potensi, bakat   dan minat siswa yang bersangkutan. Bahkan siswa yang belum mahir 3M yaitu membaca, menulis dan mengira (berhitung) juga diberikan oleh guru-guru.  


   Sekolah ini terbagi dalam dua yaitu blok khususlaki-laki dan blok khusus wanita. Total siswa yang ada di sekolah Henri Gurney saat ini mencapai 700 pelajar yang berasal dari berbagai daerah di Malaysia, suku dan kalangan. Mayoritas adalah suku Melayu, namun ada juga keturunan India dan China . Jumlah pelajar lelaki sangat banyak dibandingkan pelajar perempuan mengingat jumlah kenakalan remaja laki-laki dominan dibandingkan remaja perempuan.
 

‘’Namun tidak ada diskriminasi di dalam sekolah ini maupun sekolah di luar. Semua diperlakukan sama,’’ ujar Puan Kim. 
 

   Melihat potensi, bakat dan minat siswanya, ada dua jalur pembinaan yang dilakukan Sekolah Henri Gurney. Pertama, jalur pendidikan akademik yang diperuntukkan bagi ABH yang memiliki potensi akade- mik sehingga diberikan pendidikan yang persis sama dengan yang di luar. Lulusannya sama dengan lulusan sekolah umum lainnya, dpersiapkan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Kedua, pendidikan keterampilan, ditujukan kepada pelajar yang kurang secara akademik namun mempunyai bakat dan minat dalam keterampilan tertentu. Kepada kelompok ini diberikan berbagai macam keterampilan dan vokasional yang dibutuhkan seperti mengelas, menjahit, memasak (kulier),   me- kanik, dan lain-lain. Dari ABH ini diharapkan, ketika lulus dari sekolah Henri Gurney mereka bisa bekerja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki tersebut seperti di perhotelan, restoran, bengkel, perusahaan dan lainnya.
 

   Selama dalam penjara, ABH yang diberikan pendidikan keterampilan terus bisa produktif meng- hasilkan produk-produk yang laku di pasaran seperti kerajinan tangan, produk besi tempa, perabot rumah tangga yang terbuat dari kayu dan kursi. Produk tersebut dipajang dan dijual di galeri produk penjara. Produk tersebut juga dipasarkan oleh manajemen penjara yang sudah terkoneksi dari satu negeri dengan negeri lain. Keuntungan penjualan kembali kepada masing-masing ABH yang membuat produk tersebut. Dan sekitar 60 persen kembali kepada pemerintah yang memberian modal. 


   Bahkan di dalam penjara, ABH yang mengeluti bidang kuliner dan restoran bisa langsung praktek memasak dan menghidangkannya kepada pengawai penjagara dan tamu yang datang berkunjung. ‘’Ketika sudah keluar dari penjara, mereka sudah bisa langsung kerja di restoran dan hotel mana saja,’’ ujar Mhd Senin mempersilahkan tamu menikmati makanan yang dibuat ABH.

Share this article :

No comments:

Post a Comment